|
Desa Kulati Kecamatan Tomia Timur tampak dari foto udara |
Ringkasan Umum
Desa Kulati merupakan salah satu desa di Kecamatan
Tomia Timur Kabupaten Wakatobi yang memiliki luas wilayah 7,90 Km2 dengan jumlah penduduk 753 jiwa yang terdiri
dari laki-Laki 373 jiwa dan perempuan
380 jiwa. Dengan Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 252 KK . Tidak hanya terkenal
dengan Pantai Huuntete yang memiliki
hamparan pasir putih di sepanjang pantainya sebagai salah satu ikon pariwisata
di Pulau Tomia, ternyata Desa Kulati juga sangat potensial untuk pengembangan
ternak karena memiliki hamparan/padang penggembalaan ternak yang sangat luas
yaitu ± 40 Ha. Kawasan ini sebelumnya adalah sebagian besar lahan kritis/lahan
tidur dan sebagian pula adalah lahan pertanian/perkebunan masyarakat desa. Saat
ini melalui Dana Desa Tahun Anggaran 2018 Desa Kulati telah menganggarkan Rp 105.000.000,-
untuk pembuatan kandang ternak dimaksud sehingga masyarakat desa yang memiliki
ternak dapat melepas ternaknya baik sapi maupun kambing untuk digembalakan di
area yang telah ditentukan sesuai dengan hasil musyawarah desa. Kondisi
eksisting ternak sampai saat ini adalah Sapi sebanyak 83 ekor dan kambing 275
ekor. Padang Penggembalaan ternak ini dinamakan oleh masyarakat lokal dengan
“Kau Fande”.
Potensi dan Permasalahannya
Desa Kulati memiliki lahan yang
cukup luas yaitu 7.90 Km2, selain sudah dimanfaatkan untuk pemukiman,
fasilitas umum dan pertanian/perkebunan rakyat juga masih ada lahan tidur yang
belum termanfaatkan dengan baik sehingga belum memberikan kontribusi bagi
pembangunan dan kemajuan desa.
Masyarakat Desa Kulati umumnya
bermata pencaharian sebagai petani dengan komoditas yang diusahakan adalah
tanaman ubi kayu, jagung dan sayur-sayuran (hortikultura), sebagian lagi adalah
nelayan serta berwiraswasta. Disamping sebagai Petani dan Nelayan ternyata
mereka juga tak jarang berprofesi
sebagai peternak kambing yang sudah dilakukan secara turun temurun dan
dilakukan secara tradisional dengan system berpindah tempat penggembalaan,
sedangkan yang melakukan system kandang dapat dihitung dengan jari. Seiring perkembangan zaman masyarakat yang
tadinya hanya beternak kambing kemudian menambah hewan ternak dengan sapi.
Adalah La Tunggu Hari seorang
warga Desa Kulati yang mencoba melakukan uji coba memelihara ternak sapi dengan
hanya melakukan pembesaran anakan sapi
yang didapatkannya dari daerah Flores pada tahun 2006, dipelihara selama beberapa bulan lalu kemudian
dijual. Proses ini kemudian mendapat perhatian dan sambutan yang luar biasa
dari warga desa yang lain sehingga beberapa warga desapun ikut melakukan hal
yang sama, meski sebelumnya ada banyak yang mencibir tentang apa yang dilakukan
oleh La Tunggu Hari. Semakin banyak
ternak sapi yang berkeliaran di lahan/kebun warga sehingga membuat petani yang turun
temurun telah mengusahakan tanaman ubi kayu, jagung dan sayur-sayuran resah.
Keresahan warga ini karena tanaman mereka sudah tidak tumbuh normal akibat
dimakan atau sekedar dirusak oleh sapi-sapi yang berkeliaran bebas tanpa
seorang peternak yang membuat kandang
khusus ataupun mengikat sapinya. Sapi dan kambing dianggap sebagai hama
pengganggu tanaman oleh petani.
Inovasi
ü
Penetapan Lahan
Tidur atau Lahan Kritis menjadi Kawasan Peternakan Berbasis Masyarakat melalui proses
musyawarah desa sehingga peternak dan petani dapat melakukan aktifitas tanpa
ada pihak yang dirugikan.
ü
Dengan Penetapan
Kawasan peternakan seluas 40 Ha ini dapat menjadi destinasi pariwisata desa
yang baru yang terintegrasi dengan Pantai Huuntete.
ü
Pendayagunaan
Potensi Sumber Daya Alam yang dialihfungsikan dan dikelola dengan baik akan
menghasilkan nilai yang luar biasa bagi desa.
Proses
Pemerintah Desa Kulati sangat sigap
merespon keluhan warganya dimana petani atau pekebun sudah merasa terganggu
dengan semakin banyaknya ternak sapi yang berkeliaran, sehingga tanaman warga
sudah tidak bisa hidup dan tumbuh normal dan tentunya sudah tidak dapat
menghasilkan. Maka salah satu jalan untuk mengatasi persoalan ini sehingga
tidak berdampak luas pada tatanan kehidupan masyarakat atau konflik antara
peternak dan pekebun maka melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh warga desa
disepakati untuk menetapkan wilayah “Kau Fande” sebagai kawasan peternakan dan
melalui forum desa itu juga diwacanakan agar pemerintah desa memprogramkan
kegiatan pembuatan kandang/pagar keliling untuk kawasan peternakan sehingga
ternak yang ada tidak mengganggu tanaman warga lainnya.
Melalui Musyawarah Desa RKPDes 2018 dan APBDes 2018
disepakati kegiatan pembuatan pagar keliling untuk kandang ternak dengan jumlah
anggaran Rp 105.000.000,- yang digunakan untuk biaya pengadaan kawat dan tenaga
kerja lokal melalui skema Padat Karya Tunai Desa (PKTD) yang melibatkan seluruh
unsur masyarakat melalui system Kerja Kelompok Dasawisma.
Hasil Kegiatan
Upaya
kegiatan pengembangan Peternakan di Desa Kulati terus dilakukan oleh Pemerintah
Desa Kulati, guna mengoptimalkan sumber daya yang ada, sehingga pada tahun
anggaran 2018 melalui Dana Desa, Pemerintah Desa Kulati mengaggarkan melalui
APBDes 2018 kegiatan peternakan dengan melakukan Pembuatan Kandang Ternak Desa
dengan Luas 40 Ha. Hasil kegiatnnya adalah Kandang Ternak Desa terbangun melalui Dana
Desa dengan jumlah Anggaran Rp. 105.000.00,-, yang didalamnya mampu menampung
Ternak Sapi dan Kambing. Selain itu pada tahun yang sama Pemerintah Desa melalui
Dana Desa memberikan Bantuan Ternak Kepada Kelompok Ternak Kau Fande sebanyak 12
ekor Sapi. Sehingga total anggaran untuk kegiatan peternakan ini sebesar Rp
195.000.000,-
Saat ini
jumlah ternak yang ada dalam kandang adalah sapi 83 ekor dan kambing 255 ekor. Fasilitas yang
ada adalah Bak Air yang dibangun oleh pemerintah daerah dan sudah tidak
termanfaatkan, dengan adanya kegiatan ini maka Bak Air yang ada
dimanfaatkan kembali oleh masyarakat dengan melakukan perbaikan serta
merubah fungsi bak sebelumnya sehingga dapat dijadikan untuk tempat minum
ternak sapi. Adapun sumber air untuk mengisi bak tersebut adalah dilakukan
dengan metode pipanisasi dan peternak untuk sementara dikenakan biaya bulanan
sebesar Rp 5.000,- per ekor ternak sapi.
Berdasarkan
laporan keuangan akhir BUMDes yang mengelola Kandang Peternakan ini terlihat
keuntungan sebesar Rp 18.000.000,-
Pembelajaran
Gagasan dan Ide kreatif
ternyata tidak hanya mampu menjawab satu persoalan sosial saja, tetapi juga
turut mengurai persoalan yang lainnya. Pembangunan Kawasan Peternakan yang
lokasinya tidak jauh dan bahkan jalan menuju Kawasan Pariwisata Pantai Huuntete
ini juga dapat dijadikan sebagai
destinasi wisata baru .
Rekomendasi
Ø Pemerintah Desa harus menjaga kelestarian ekosistem
kawasan “kau fande” sebagai kawasan peternakan rakyat
Ø Pemerintah Desa harus menyerahkan pengelolaan kandang
peternakan kepada BUMDes agar dapat dikelola secara professional sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi desa khususnya Pendapatan Asli Desa (PADes)
Ø Pemerintah Desa harus membuat regulasi terkait
penetapan kawasan peternakan KAU FANDE
Ø Bagi Peternak Wajib mengikuti aturan yang telah dibuat
oleh pemerintah desa
Ø Pemerintah Desa dapat menjadikan Kawasan “KAU FANDE”
sebagai salah satu destinasi wisata
Ø Perlunya dukungan Pemerintah daerah khususnya OPD
Teknis untuk pengembangan lebih lanjut
Tim Penyusun Pembelajaran :
Jumiadin, SP., M. Si
Asnafi, SE
Zulkifly, ST
Sahbudin, SE